Jika Para Syuhada Tidak Mati, di Manakah Arwah Mereka?
Syahid
dalam medan jihad memiliki kedudukan yang mulia dalam Islam. Al Qur'an
dan al Sunnah telah banyak menyebutkan keutamaannya. Para sahabat dan
ulama salaf telah berlomba untuk mendapatkannya.
Kesyahidan adalah nikmat
Al
Qur'an menyebutkan bahwa kesyahidan merupakan anugerah nikmat dari
Allah bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Anugerah ini menghantarkan
pemiliknya kepada kesempurnaan hidup, keberuntungan dan kebahagiaan.
Allah berfirman:
وَمَن
يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ
عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid,
dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. Al Nisaa: 69)
Maksud
syuhada' pada ayat di atas, sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh
Abdurrahman al Sa'di, adalah orang-orang yang berperang fi sabilillah untuk meninggikan kalimat Allah, lalu mereka terbunuh.
Kemudian
di akhir ayat, Allah menyebutkan bahwa mereka adalah teman terbaik di
surga bagi orang yang senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Para syuhada' tidak kehilangan nikmat dunia
Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ
أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ
مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ
خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. mereka
dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih
tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Ali Imran: 169-170)
Syaikh al Sa'di rahimahullah
menyebutkan dalam tafsirnya bahwa dalam ayat yang mulia ini terdapat
keutamaan dan kemuliaan para syuhada' serta karunia dan anugerah yang
Allah berikan kepada mereka. . . .
Kemudian berkaitan dengan balasan orang yang berjihad fi sabilillah dalam
memerangi musuh Islam untuk meninggikan kalimatullah lalu gugur di
dalamnya, mereka tidak seperti yang kamu kira, yaitu mereka telah mati
dan kehilangan kenikmatan dunia dan kesenangannya. Padahal hal inilah
yang membuat banyak orang khawatir, para pengecut takut berperang dan
tidak rindu syahid. Tetapi mereka mendapatkan nikmat yang lebih besar
(banyak) daripada yang diperebutkan orang-orang yang berlomba untuk
memperolehnya. Mereka hidup di sisi Tuhan-nya di negeri kemuliaan.
Di
sana, mereka mendapatkan rizki dari berbagai kenikmatan yang tidak akan
pernah diketahui sifatnya kecuali oleh orang yang Allah beri. Allah
menyempurnakan anugerah nikmat kepada mereka dengan mengabungkan antara
nikmat badan berupa rizki dengan nikmat hati dan ruh dalam bentuk
kebahagiaan terhadap karunia yang dianugerahkan kepada mereka. Sehingga
sempurnalah kenikmatan dan kebahagiaan mereka."
Berkaitan
dengan hal ini Dr. Abdullah Azzam menceritakan pengalamannya, “dan
sungguh kami telah melihat sebagian dari bukti-bukti yang jelas, yang
menunjukkan secara nyata bahwa para syuhada’ itu hidup." Umar Hanif
menceritakan kepadaku (Abdullah Azzam), dia berkata, “aku telah membuka
dengan tanganku dua belas kuburan para syuhada’. Maka aku tidak
mendapati seorang syahidpun yang berubah jasadnya; dan aku lihat
sebagian meraka tumbuh jenggotnya dan panjang kukunya di dalam kubur.”
Dan
kisah dari DR. Babrak yang syahid di Urgun dan mereka membawanya ke
Phabi (kamp Muhajirian Afghan di Pesyawar). Ketika anak-anaknya
menjenguk (sepulang) dari sekolah dan berdiri disamping kepalanya, dia
(Dr. Babrak) menangis dan air matanya mengalir diatas wajahnya."
“Aku
telah membuka dengan tanganku dua belas kuburan para syuhada’. Maka aku
tidak mendapati seorang syahidpun yang berubah jasadnya; dan aku lihat
sebagian meraka tumbuh jenggotnya dan panjang kukunya di dalam kubur.” Kesaksian Umar Hanif
Bau darah syuhada' seperti aroma kesturi
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya! Tidaklah seseorang
terluka di jalan Allah -dan Allah lebih tahu siapa yang terluka di
jalanNya- melainkan dia akan datang pada hari kiamat dengan darah yang
berwarna darah (merah) sedangkan baunya seharum kesturi.” (HR. Bukhari)
Dr.
Abdullah Azzam menyampaikan, “Subhanallah! Sungguh kita telah
menyaksikan hal ini pada kebanyakan orang yang mati syahid. Bau darahnya
seperti aroma misk (minyak kasturi). Dan sungguh di sakuku ada sepucuk
surat-diatasnya ada tetesan darah Abdul wahid (Al Syahid, insya Allah)-
dan telah tinggal selama 2 bulan, sedangkan baunya wangi seperti
kesturi.” (Kado Istimewa Untuk Sang Mujahid, karya Syaikh Dr. Abdullah
Azzam)
Dan
sungguh di sakuku ada sepucuk surat-diatasnya ada tetesan darah Abdul
wahid (Al Syahid, insya Allah)- dan telah tinggal selama 2 bulan,
sedangkan baunya wangi seperti kesturi. (DR. Abdullah Azam)
Di manakah arwah syuhada'?
Setelah
mengetahui keutamaan mati syahid dan kemuliaan para syuhada', bahwa
mereka hakikatnya tidak mati dan tidak kehilangan kenikmatan. Lalu kita
bertanya, "di manakah arwah mereka sebenarnya?"
Arwah para syuhada' ditempatkan di surga Firdaus yang tertinggi. Hal ini didasarkan pada hadits Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam yang
bersabda kepada Ummu Haritsah binti Nu’man -putranya gugur di perang
badar-ketika dia bertanya kepada beliau (tentang nasib putranya): “Di
mana dia?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ”Sesungguhnya dia ada disurga Firdaus yang tinggi.” (HR. Al Bukhari)
Dalam Shahih Muslim, dari Masyruq rahimahullah, berkata: "Kami bertanya kepada Abdullah tentang ayat ini (QS. Ali Imran: 169)
Dia menjawab, "adapun kami telah bertanya tentang hal (kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), lalu beliau menjawab:
"Sesungguhnya
ruh-ruh para syuhada’ itu ada di dalam tembolok burung hijau. Baginya
ada lentera-lentera yang tergantung di 'Arsy. Mereka bebas menikmati
surga sekehendak mereka, kemudian singgah pada lentera-lentera itu.
Kemudian Rabb mereka memperlihatkan diri kepada mereka dengan jelas,
lalu bertanya: “Apakah kalian menginginkan sesuatu?” Mereka menjawab:
“Apalagi yang kami inginkan sedangkan kami bisa menikmati surga dengan
sekehendak kami?” Rabb mereka bertanya seperti itu sebanyak tiga kali.
Maka tatkala mereka merasa bahwasanya mereka harus minta sesuatu, mereka
berkata, “Wahai Rabb kami! kami ingin ruh kami dikembalikan ke
jasad-jasad kami sehingga kami dapat berperang di jalan-Mu sekali lagi.
“Maka tatkala Dia melihat bahwasanya mereka tidak mempunyai keinginan
lagi, mereka ditinggalkan.” (HR. Muslim)
Imam
al Darimi dalam sunannya meriwayatkan dari Masyruq, dia berkata: "kami
telah bertanya kepada Abdullah tentang arwah para syuhada'. Kalau bukan
Abdullah, maka tak seorangpun yang menyampaikannya kepada kami. Dia
(Abdullah) berkata, "arwah para syuhada' di sisi Allah pada hari kiamat
berada di perut burung hijau. Dia memiliki lentera-lentera yang
tergantung di 'Asry. Dia terbang di dalam surga ke mana saja yang
dikehendakinya. Kemudian dia kembali ke lentera-lentera tadi, lalu Rabb
mereka memuliakan mereka dengan berkata: "Apakah kalian menginginkan
sesuatu? Mereka menjawab: "tidak, kecuali kami dikembalikan lagi ke
dunia sehingga kami terbunuh (mati syahid di jalan Allah ) untuk
kesekian kali."
Imam
an Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menyebutkan, ". . . ketika mereka
tahu harus meminta, mereka meminta agar ruh mereka di kembalikan ke
jasad-jasad mereka untuk berjihad lagi atau untuk mencurahkan jiwanya di
jalan Allah Ta'ala dan merasakan nikmatnya (gugur) di jalan Allah." Walahu A'lam
Para
Syuhada' meminta dikembalikan lagi ke dunia, padahal mereka sudah
berada di surga, untuk merasakan nikmatnya gugur di jalan Allah sebagai
syuhada'
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
telah mengetahui kenikmatan yang diperoleh para syuhada'. Karenanya
beliau pernah menyampaikan keinginannya untuk gugur di jalan Allah dalam
sabdanya:
"Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku berkeinginan
meninggal di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi, lalu terbunuh, lalu
dihidupkan lagi, lalu terbunuh." (HR. Al Bukhari)
Sesungguhnya
kematian di jalan Allah tidak seseram yang kita bayangkan. Banyak
hadits dan kisah yang memaparkan bahwa para syuhada' tidak merasakan
sakit berlebih ketika menemui kesyahidan, kecuali seperti tercubit.
Disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
“orang yang mati syahid itu tidak merasakan (rasa sakit) pembunuhan
kecuali sebagaimana seorang di antara kalian merasakan (sakitnya)
cubitan.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i – hadits hasan)
Orang
yang mati syahid itu tidak merasakan (rasa sakit) pembunuhan kecuali
sebagaimana seorang di antara kalian merasakan (sakitnya) cubitan. (al
Hadits)
Masih takutkah kita untuk berjihad fi sabilillah dan menemui kesyahidan di jalan Allah ?