Apakah makusd dari hadits
"Abu Hurairah Ra berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda " Cukuplah
bagi orang itu disebut pembohong jika ia membicarakan dengan setiap apa
yang ia dengar" ( HR. Muslim )"
Mohon penjelasannya. Terima kasih!
Near (masih belajar)
Jawaban :
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh berkata bahwa
Rasulullah saw telah bersabda,”Cukuplah bagi orang itu disebut pembohong
apabila dia membicarakan setiap yang dia dengar,” (HR. Muslim)
Imam Nawawi mengatakan sesungguhnya diantara kebiasaan adalah
mendengarkan suatu kebenaran dan kebohongan dan apabila seseorang
membicarakan setiap yang didengarnya maka sungguh ia adalah pendusta
karena menginformasikan sesuatu yang belum terjadi. Dan kebohongan
adalah menginfirmasikan tentang sesuatu yang bertentangan dengan yang
sebenarnya dan tidak ada persyaratan didalamnya harus dengan sengaja.”
Dan dari al Mugiroh dari Syu’ah berkata,”Nabi saw bersabda,’Sesungguhnya
Allah swt telah mengharamkan durhaka terhadap ibu, mengubur bayi
perempuan (hidup-hidup), melarang dari meminta sesuatu yang bukan
haknya’ dan beliau saw tidak menyukai kalian mengatakan ‘katanya, banyak
bertanya dan menghambur-hamburkan harta.” (HR. Bukhori)
Ibnu Hajar menyebutkan pendapat al Muhib ath Thabari tentang makna dari
“tidak menyukai kalian mengatakan,’katanya.” Bahwa makna hadits ini
mengandung tiga hal :
1. Isyarat akan makruhnya banyak berbicara dikarenakan hal itu membawanya kepada kesalahan.
2. Maksudnya adalah menceritakan dan mencari-cari omongan-omongan orang
untuk kemudian dia informasikan, seperti seorang yang mengatakan,”Si A
telah mengatakan ini dan ada yang mengatakan dia mengatakan itu.”
Larangan di sini bisa berupa teguran dari memperbanyak perbuatan itu
atau bisa pula untuk sesuatu tertentu darinya, yaitu ketidaksukaan orang
yang diceritakannya.
3. Adapun menceritakan perbedaan didalam permasalahan agama, seperti
perkataan,”Si A telah berkata begini, si B telah berkata begitu.” dan
yang menjadikannya makruh adalah memperbanyak hal itu. Karena tidaklah
aman sesuatu yang terlalu banyak dari suatu kesalahan. Dan ini terhadap
orang tertentu yang menginformasikan berita itu tanpa diteliti terlebih
dahulu akan tetapi orang itu hanya bersikap taqlid (mengikuti) orang
yang didengarnya tanpa adanya kehati-hatian, hal ini dipertegas dengan
hadits,”Cukuplah seseorang disebut pembohong apabila menceritakan setiap
yang didengarnya.” (HR. Muslim) – (www.islamOnline.net)
Dengan demikian diperlukan kehati-hatian didalam menyampaikan berita
atau informasi dari setiap yang didengarnya kepada orang lain sebelum
dilakukan penelitian terlebih dahulu akan kebenaran dari berita
tersebut.
Informasi yang disampaikan sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu
akan menjadikan informasi yang disampaikannya itu mengalami penambahan
ataupun pengurangan dari apa yang sebenarnya dia dengar dari sumbernya,
dan ini termasuk didalam kebohongan karena dia telah menyampaikan
sesuatu yang berbeda dari hakekatnya.
Imam Nawawi mengatakan bahwa seyogyanya setiap orang yang sudah sampai
usia taklif menjaga lisannya dari semua perkataan kecuali suatu
perkataan yang tampak didalamnya kemaslahatan. Dan kapan saja berbicara
sama maslahatnya dengan tidak berbicara maka disunnahkan untuk menahan
dari membicarakannya karena hal itu bisa mengarahkan perkataan yang
mubah menjadi haram atau makruh dan ini banyak terjadi..
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh dari Nabi saw
bersabda,”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah
berkata yang baik atau diam.” (Muttafaq Alaih)
Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits ini secara tegas menyebutkan
seyogyanya seseorang tidak berbicara kecuali apabila perkataannya itu
adalah kebaikan, yaitu yang tampak didalamnya kemaslahatan dan kapan
saja dia meragukan adanya kemaslahatan didalamnya maka hendaklah dia
tidak berbicara. (Riyadhus Shalihin hal 445)
Wallahu A’lam